Aqidah Muwahhid:
الجهل بالشرائع ليس كفرا، وإنما الكفر = جحد الشرائع، ولا جحود إلا بعد علم.
على القاعدة: حديث العهد بالإسلام، والناشئ بالبادية، أو بدار الكفر لم يكفروا لانتفاء الكفر عنهم، لا لوجود المانع (الجهل).
من لم يحكم هذا الأصل أظلم برهانه واختلط فرقانه في هذا الباب.
1- قال ابن فارس في مجمل اللغة (ص95):
«الجحود: ضد الإقرار، لا يكون إلا مع علم الجاحد به».
2- وقال الإمام النووي في شرح المهذب:
«الجاحد عند أهل اللغة: من أنكر شيئًا سبق اعترافه به، هكذا صرّح به صاحب المجمل وغيره وقد أوضحته في تهذيب الأسماء».
3- وقال: «قال أهل اللغة: الجحد إنكار ما اعترف به المنكر قال ابن فارس في الجمل: لا يكون الجحود إلا مع علم الجاحد به».
4- وقال ابن العطار الشافعي (724هـ):
«الإنكار غالباً لا يكون إلا بعد اعترافٍ، وهو المسمّى بالجحود...؛ إذ الجحود لا يكون إلا بعد إقرار،» الاعتقاد الخالص (ص356).
5- وقال الإمام ابن القيم (751هـ):
«الجحود لا يكون إلا بعد معرفة الحق». كتاب الصلاة (ص64).
Makna Dari Al-Juhud
Ketidaktahuan terhadap syariat bukanlah kekufuran, sesungguhnya kekufuran adalah penolakan terhadap syariat, dan tidak ada penolakan kecuali setelah mengetahui.
Berdasarkan kaidah: orang yang baru memeluk Islam, yang tinggal di pedalaman, atau di negeri kafir tidak dianggap kafir karena ketiadaan kekufuran dari mereka, bukan karena adanya penghalang (ketidaktahuan).
Barang siapa yang tidak memahami prinsip ini, buktinya akan menjadi tidak jelas dan pandangannya akan tercampur dalam masalah ini.
1. Ibn Faris berkata dalam Mujmal al-Lughah (hal. 95):
“Al-Juhud: lawan dari pengakuan, tidak terjadi kecuali dengan pengetahuan orang yang menolaknya.”
2. Imam Nawawi berkata dalam Syarh al-Muhadzdzab:
“Menurut ahli bahasa, orang yang menolak adalah orang yang mengingkari sesuatu yang sebelumnya telah dia akui, demikianlah yang dinyatakan oleh pemilik Mujmal dan yang lainnya. Saya telah menjelaskannya dalam Tahdzib al-Asma.”
3. Dia berkata: “Ahli bahasa berkata: juhud adalah pengingkaran terhadap sesuatu yang telah diakui oleh pengingkar tersebut. Ibn Faris berkata dalam al-Jumal: juhud tidak terjadi kecuali dengan pengetahuan orang yang menolaknya.”
4. Ibn al-‘Athar al-Syafi’i (w. 724 H) berkata:
“Penolakan pada umumnya tidak terjadi kecuali setelah pengakuan, yang disebut sebagai juhud...; karena juhud tidak terjadi kecuali setelah pengakuan,” dalam al-I'tiqad al-Khalis (hal. 356).
5. Imam Ibn al-Qayyim (w. 751 H) berkata:
“Juhud tidak terjadi kecuali setelah mengetahui kebenaran.” dalam Kitab al-Shalah (hal. 64).
0 Komentar untuk "Makan Al-Juhud : الجحود"