Aa Wajid Ar-riyawiy:
التفسير الميسر
سورة الفاتحة (١)
﴿بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ ١ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ ٢ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ ٣ مَـٰلِكِ یَوۡمِ ٱلدِّینِ ٤ إِیَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِیَّاكَ نَسۡتَعِینُ ٥ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ ٦ صِرَ ٰطَ ٱلَّذِینَ أَنۡعَمۡتَ عَلَیۡهِمۡ غَیۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَیۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّاۤلِّینَ ٧﴾ [الفاتحة: ١-٧]
١- أبتدئ قراءة القرآن باسم الله مستعينًا به، ﴿ ٱللَّهِ﴾ علم على الرب -تبارك وتعالى- المعبود بحق دون سواه، وهو أخص أسماء الله تعالى، ولا يسمى به غيره سبحانه. ﴿ٱلرَّحۡمَٰنِ﴾ ذي الرحمة العامة الذي وسعت رحمته جميع الخلق، ﴿ٱلرَّحِيمِ﴾ بالمؤمنين، وهما اسمان من أسمائه تعالى، يتضمنان إثبات صفة الرحمة لله تعالى، كما يليق بجلاله.
٢- الثناء على الله بصفاته التي كلُّها أوصاف كمال، وبنعمه الظاهرة والباطنة، الدينية والدنيوية. وفي ضمنه أَمْرٌ لعباده أن يحمدوه، فهو المستحق له وحده، وهو سبحانه المنشئ للخلق، القائم بأمورهم، المربي لجميع خلقه بنعمه، ولأوليائه بالإيمان والعمل الصالح.
٣- ﴿ٱلرَّحۡمَٰنِ﴾ ذي الرحمة العامة الذي وسعت رحمته جميع الخلق، ﴿ٱلرَّحِيمِ﴾ بالمؤمنين، وهما اسمان من أسماء الله تعالى.
٤- وهو سبحانه وحده مالك يوم القيامة، وهو يوم الجزاء على الأعمال. وفي قراءة المسلم لهذه الآية في كل ركعة من صلواته تذكير له باليوم الآخر، وحثٌّ له على الاستعداد بالعمل الصالح، والكف عن المعاصي والسيئات.
٥- إنا نخصك وحدك بالعبادة، ونستعين بك وحدك في جميع أمورنا، فالأمر كله بيدك، لا يملك منه أحد مثقال ذرة. وفي هذه الآية دليل على أن العبد لا يجوز له أن يصرف شيئًا من أنواع العبادة كالدعاء، والاستغاثة، والذبح، والطواف إلا لله وحده، وفيها شفاء القلوب من داء التعلق بغير الله، ومن أمراض الرياء، والعجب، والكبرياء.
٦- دُلَّنا وأرشدنا، ووفقنا إلى الطريق المستقيم، وثبتنا عليه حتى نلقاك، وهو الإسلام الذي هو الطريق الواضح الموصل إلى رضوان الله وإلى جنته، الذي دلَّ عليه خاتم رسله وأنبيائه محمد ﷺ، فلا سبيل إلى سعادة العبد إلا بالاستقامة عليه.
٧- طريق الذين أنعمت عليهم، من النبيين والصدِّيقين والشهداء والصالحين، فهم أهل الهداية والاستقامة، ولا تجعلنا ممن سلك طريق المغضوب عليهم، الذين عرفوا الحق ولم يعملوا به، وهم اليهود، ومن كان على شاكلتهم، ولا تجعلنا من الضالين، وهم الذين لم يهتدوا عن جهل منهم، فضلوا الطريق، وهم النصارى، ومن اتبع سنتهم. وفي هذا الدعاء شفاء لقلب المسلم من مرض الجحود والجهل والضلال، ودلالة على أن أعظم نعمة على الإطلاق هي نعمة الإسلام، فمن كان أعرف للحق وأتبع له، كان أولى بالصراط المستقيم، ولا ريب أن أصحاب رسول الله ﷺ هم أولى الناس بذلك بعد الأنبياء عليهم السلام، فدلت الآية على فضلهم، وعظيم منزلتهم، رضي الله عنهم. ويستحب للقارئ أن يقول في الصلاة بعد قراءة الفاتحة: (آمين)، ومعناها: اللهم استجب، وليست آية من سورة الفاتحة باتفاق العلماء؛ ولهذا أجمعوا على عدم كتابتها في المصاحف.
====
Terjemahan Tafsir:
1. Saya mulai membaca Al-Qur'an dengan nama Allah memohon pertolongan kepada-Nya, ﴿ٱللَّهِ﴾ adalah nama bagi Tuhan - Maha Suci Dia - yang disembah dengan benar tanpa selain-Nya, dan ini adalah nama Allah yang paling khusus, dan tidak ada yang diberi nama demikian selain Dia, Maha Suci. ﴿ٱلرَّحۡمَٰنِ﴾ yang memiliki rahmat umum yang meliputi seluruh makhluk, ﴿ٱلرَّحِيمِ﴾ yang rahmatnya khusus bagi orang-orang beriman. Keduanya adalah nama dari nama-nama-Nya, mengandung penetapan sifat rahmat bagi Allah sesuai dengan keagungan-Nya.
2. Memuji Allah dengan sifat-sifat-Nya yang semuanya adalah sifat kesempurnaan, serta dengan nikmat-Nya yang tampak dan tersembunyi, baik yang bersifat agama maupun dunia. Di dalamnya terdapat perintah bagi hamba-Nya untuk memuji-Nya, karena Dia saja yang berhak mendapatkannya, Dia-lah yang menciptakan makhluk, mengurus urusan mereka, mendidik semua makhluk-Nya dengan nikmat-Nya, dan bagi para wali-Nya dengan iman dan amal saleh.
3. ﴿ٱلرَّحۡمَٰنِ﴾ yang memiliki rahmat umum yang meliputi seluruh makhluk, ﴿ٱلرَّحِيمِ﴾ yang rahmatnya khusus bagi orang-orang beriman. Keduanya adalah nama dari nama-nama Allah.
4. Dia saja yang memiliki hari kiamat, yaitu hari pembalasan atas perbuatan. Membaca ayat ini dalam setiap rakaat shalat mengingatkan seorang Muslim tentang hari akhir dan mendorongnya untuk bersiap dengan amal saleh serta menjauhi maksiat dan kejahatan.
5. Kami mengkhususkan Engkau saja untuk ibadah, dan memohon pertolongan kepada-Mu saja dalam semua urusan kami, karena segala urusan ada di tangan-Mu, tidak ada yang memiliki sedikitpun darinya. Ayat ini menjadi dalil bahwa seorang hamba tidak boleh memberikan jenis ibadah apapun seperti doa, memohon pertolongan, penyembelihan, dan tawaf kecuali hanya kepada Allah saja. Di dalamnya terdapat penyembuhan hati dari penyakit bergantung kepada selain Allah, serta dari penyakit riya', kagum terhadap diri sendiri, dan kesombongan.
6. Tunjukkanlah dan bimbinglah kami, serta berikan kami taufik menuju jalan yang lurus, dan tetapkan kami di atasnya sampai kami bertemu dengan-Mu, yaitu Islam yang merupakan jalan jelas yang mengantarkan kepada keridhaan Allah dan surga-Nya, yang ditunjukkan oleh penutup para rasul dan nabi-Nya, Muhammad ﷺ. Tidak ada jalan menuju kebahagiaan hamba kecuali dengan istiqamah di atasnya.
7. Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, dari para nabi, orang-orang yang benar, para syuhada, dan orang-orang saleh, mereka adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dan istiqamah. Janganlah Engkau menjadikan kami termasuk orang-orang yang menempuh jalan orang-orang yang dimurkai, yaitu mereka yang mengetahui kebenaran namun tidak mengamalkannya, seperti kaum Yahudi, dan orang-orang yang serupa dengan mereka. Jangan pula menjadikan kami termasuk orang-orang yang sesat, yaitu mereka yang tidak mendapatkan petunjuk karena kebodohan mereka, sehingga mereka tersesat dari jalan yang benar, seperti kaum Nasrani, dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka. Dalam doa ini terdapat penyembuhan hati seorang Muslim dari penyakit pengingkaran, kebodohan, dan kesesatan, serta menunjukkan bahwa nikmat terbesar yang mutlak adalah nikmat Islam. Orang yang lebih mengenal kebenaran dan lebih mengikutinya lebih berhak untuk berada di jalan yang lurus. Tidak diragukan bahwa para sahabat Rasulullah ﷺ adalah orang-orang yang paling berhak setelah para nabi untuk itu, sehingga ayat ini menunjukkan keutamaan mereka dan kedudukan mereka yang tinggi, semoga Allah meridhai mereka. Dianjurkan bagi pembaca untuk mengucapkan 'Amin' setelah membaca Al-Fatihah dalam shalat, yang artinya: Ya Allah, kabulkanlah. Ini bukan merupakan ayat dari Surah Al-Fatihah menurut kesepakatan para ulama, oleh karena itu mereka sepakat untuk tidak menuliskannya dalam mushaf.
0 Komentar untuk "Tafsir Surat Al-fatihah kitab At-Tafsir Al-Muyasar"